Tari Bantheng Wareng
Sembilan pemuda gagah
dengan baju khas prajurit Mataraman menari dan diiringi musik khas Goa Tabuhan.
Musik yang mengiringi tersebut adalah empat batu pilar yang menggantung disudut
goa merupakan batu yang dapat ditabuh menyerupai bunyi gamelan, seperti kenong,
kempul dan gong. Dengan
gagah perkasa, ke sembilan pemuda tersebut menari layaknya seorang pengawal dan
prajurit kerajaan. Dengan diiringi musik dari bebatuan goa, gerak tari yang
padu antara satu dengan yang lain menjadikan nilai budaya yang cukup kental
dalam tarian tersebut. Para
pemuda tersebut sedang menarikan sebuah tarian legendaris, yakni tari Banteng
Wareng. Tari Banteng Wareng ini adalah tarian yang mengisahkan cikal bakal desa
wareng kecamatan Punung.
Sebagaimana diketahui, Goa
Tabuhan yang terletak di desa Wareng ini juga tak lepas dari sejarah Perang
Jawa. Dulu, diketahui sebelum Goa Tabuhan, goa ini diberi nama Goa Tapan,
karena di goa ini sering digunakan beberapa orang untuk melakukan tapan atau
semedi. Salah satu yang
cukup terkenal dan pernah semedi disini adalah raden Banteng Wareng, yang
merupakan keturunan dari Kasultanan Yogyakarta. Raden Banteng Wareng juga merupakan
salah satu pengawal yang cukup hebat Pangeran Diponegoro dalam melakukan Perang
Jawa, sekitar tahun 1825 melawan kompeni Belanda. Selain Banteng Wareng, beberapa tokoh saat itu yang
pernah bersemedi di Goa ini adalah Sanggargenu dan Bambang Trigo, dan
Wareng. Legenda dan kebesaran seorang Banteng Wareng dalam mengawal Pangeran
Diponegoro berperang melawan kompeni pun diabadikan warga setempat menjadi nam
Desa Wareng. Selain itu, untuk
melukiskan kisah keperkasaan seorang Banteng Wareng, warga setempat membuat
tari, yakni tari Banteng Wareng.
Tidak ada komentar